Senin, 31 Oktober 2011
Susah Tidur dan Risiko Serangan Jantung
Ini adalah peringatan bagi mereka yang kerap sulit tidur atau sering terbangun dari tidur di malam hari. Studi terbaru para ahli di Norwegia menyatakan, mereka yang mengalami kesulitan tidur nyenyak pada malam hari berisiko lebih besar mengalami serangan jantung.
Sejauh ini, hubungan antara insomnia dan meningkatnya risiko serangan jantung memang belum jelas. Tetapi yang pasti, gangguan tidur berdampak pada tekanan darah dan inflamasi, di mana keduanya merupakan faktor risiko serangan jantung.
"Ketika gejala insomnia menjadi hal biasa dan mudah untuk diobati, penting artinya bagi masyarakat mewaspadai hubungan insomnia dan serangan jantung, dan berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gangguan tidur," kata Dr. Lars Erik Laugsand, internis dari Norwegian University of Science and Technology di Trondheim.
Laugsand menegaskan, temuan yang dipublikasi dalam jurnal Circulation edisi 24 Oktober ini hanyalah bukti adanya keterkaitan dan bukan hubungan sebab-akibat. Riset lanjutan perlu dilakukan untuk mengungkap lebih jauh tentang mekanisme dibalik hubungan ini.
Dalam penelitiannya, Laugsand menganalisa data kesehatan tidur sekitar 53.000 pria dan wanita peserta survei antara 1995-97. Terungkap pula bahwa 2.400 responden mengalami serangan jantung selang 11 tahun kemudian.
Peneliti menemukan, mereka yang hampir setiap hari kesulitan tidur mengalami peningkatan risiko 45 persen serangan jantung, dibanding responden yang tak bermasalah untuk tidur lelap. Selain itu, mereka yang tidurnya tidak nyenyak atau sering terjaga di malam hari juga berisiko 30 persen lebih tinggi ketimbang yang tidurnya nyenyak. Sedangkan mereka yang merasa badannya tidak segar/bugar setelah tidur malam mengalami peningkatan risiko serangan jantung sebesar 27 persen ketimbang yang merasa bugar.
Dalam riset ini, peneliti memperhitungkan beragam faktor seperti usia, jenis kelamin, seks, status perkawinan,tingkat pendidikan, tensi, kadar kolesterol, diabetes, berat badan, olahraga, pola kerja shift. Gejala depresi dan kecemasan sebagai pemicu insomnia juga turut diperhitungkan.
Dr. Gregg Fonarow, professor kardiologi dari University of California, Los Angeles sekaligus jurubicara American Heart Association (AHA), http://www.blogger.com/img/blank.gifmengatakan sejumlah studi sebelumnya telah mengungkap bahwa gangguan tidur memang berkaitan dengan risiko serangan jantung yang lebih tinggi.
"Studi-studi lama juga mengungkap hasil beragam, akan tetapi belum dapat mengungkap mengapa tidur sehat membuat jantung lebih sehat," ujar Fonarow. Sedangkan Dr. Edward A. Fisher, profesor pengobatan kardiovaskuler pada NYU Langone Medical Center di New York City menyatakan, salah satu penjelasan yang mungkin dari temuan ini adalah berubahnya proses metabolisme tubuh. Dalam tubuh, metabolisme diatur oleh ritme sirkadian yang tentu sangat bervariasi di antara siklus tidur setiap individu.
"Telah diketahui bahwa binatang yang ritme sirkadiannya diganggu bakal mengalami perubahan metabolisme. Jika ini terjadi pada manusia, maka akan meningkatkan risiko
sakit jantung," papar Fisher.
SUMBER
Label:
kesehatan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar