Jumat, 25 November 2011

Sekilas Tentang Pengaturan Eksposure



Dalam dunia fotografi dikenal istilah yang disebut eksposure. Sebuah proses penangkapan cahaya yang lebih jauhnya dapat menentukan kualitas suatu hasil foto dari segi pencahayaanya. Merupakan serangkaian proses dari mulai tombol shutter ditekan, sampai dihasilkannya gambar foto. Dan hasilnya, apakah suatu foto dikatakan “ terlalu gelap”, “pas”, atau “terlalu terang” semua bergantung setingan eksposurenya. Jika istilah Foto-grafi diartikan sebagai “melukis dengan cahaya”, maka eksposure merupakan pengontrolan jumlah cahaya untuk melukis lukisan tersebut.

Jadi apa itu eksposure?

Sesuai arti bahasanya, eksposure berasal dari kata to ekspose yang berarti “memaparkan”, yang secara sederhana eksposure dapat diartikan “pemaparan” cahaya. Atau lebih spesifiknya, suatu proses dan ukuran bagaimana suatu sensor cahaya atau film terpapar cahaya pantulan suatu objek yang sedang difoto.

Faktor yang mempengaruhi eksposure

Secara logika saja, jika bicara bagaimana suatu sensor/film terpapar cahaya, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil paparan cahaya pada sensor kamera atau film, dan seperti yang kita duga, faktor-faktor tersebut diantaranya :

Banyaknya cahaya yang dipaparkan.
Lamanya waktu pemaparan.
Sensitifitas material peka cahaya (sensor atau film) dalam menerima cahaya.

Faktor-faktor ini saling terkait dan sangat mempengaruhi hasil akhir sebuah proses eksposure. Tujuan utama dari pemaparan cahaya (eksposure) adalah memberikan jumlah cahaya yang cukup untuk dipaparkan pada sensor atau film untuk menghasilkan gambar. Hasil akhir suatu eksposure dalam arti ukuran tingkat pencahayaan pada sensor/film, dapat dikontrol melalui pengaturan ketiga faktor diatas. Lebih jelasnya, tingkat pencahayaan pada foto dapat dihasilkan dengan cara mengatur jumlah cahaya yang masuk, atau pengaturan lamanya waktu paparan, atau pengaturan sensitifitas sensor, atau melalui kombinasi ketiganya.

nice eksposure

Istilahnya dalam Fotografi

Jika diterjemahkan satu-satu kedalam istilah fotografi, ketiga faktor yang mempengaruhi eksposure tersebut diberi istilah :

1. Aperture size (ukuran bukaan diafragma)

Adalah ukuran bukaan bilah-bilah diafragma pada lensa yang berfungsi sebagai “jendela” untuk melewatkan sejumlah cahaya pada proses pemaparan. Semakin besar ukuran Aperturenya maka semakin lebar “jendela cahaya” yang terbuka, dan jumlah cahaya yang masuk juga semakin banyak, begitu juga sebaliknya. Artinya pada waktu pemaparan yang singkat, proses eksposure dengan aperture size yang lebar dapat mengumpulkan cahaya lebih banyak.

Lebih jauhnya lagi, pengaturan aperture size dapat mempengaruhi ruang tajam (depth of field) yang memberikan efek lain pada foto. Semakin besar nilai aperture (bukaan diafragma), maka ruang tajam pada foto akan semakin sempit (bokeh).

Satuannya : f/angka aperture;

contoh : f/1.8, f/4, dst… atau ada juga yang senang menulisnya dengan cara : f:1.8, f:8 yang artinya sama saja. Nilai diafragma f/1.8 bukaannya lebih besar dari f/4, dst…

2. Shutter speed (kecepatan rana)

Shutter speed adalah ukuran waktu lamanya proses pemaparan cahaya (eksposure) berlangsung. Selang waktu dari mulai diafragma terbuka sampai tertutup kembali, yang pengaruhnya tiada lain adalah mengatur jumlah cahaya yang masuk. Semakin lama waktu pemaparan berlangsung, maka cahaya yang yang terkumpul akan semakin banyak. Lebih jauhnya, lama waktu pemaparan dapat memberikan efek foto tertentu dalam “merekam” objek bergerak (efek freeze atau motion blur).

Satuannya : 1/angka shutter speed (sekon); atau juga tanda (sekon ”) pada tampilan kamera

Contoh : 1/300 sekon, 1/1000 sekon; 1” = 1 sekon; 30” = 30 sekon dst…

3. ISO Speed (sensitifitas/kecepatan tangkap cahaya pada sensor)

ISO (International Standard Organization) Speed adalah ukuran standar internasional untuk ukuran sensitifitas sensor cahaya digital. Atau dalam fotografi analog istilah ini disebut ASA, yang menunjukkan ukuran sensitifitas lapisan film. Semakin besar angka ISO maka sensor kamera akan semakin sensitif terhadap cahaya. Semakin sensitif suatu sensor/film maka waktu pengumpulan cahaya akan semakin singkat. Dalam fotografi digital, ISO speed ini nilainya dapat diatur dalam menu kamera digital. Dalam fotografi analog, ASA tidak dapat diatur dari kamera, tapi dilakukan dengan penggantian roll film dengan ASA yang berbeda.

Satuannya : ISO 100, ISO 200, ISO 400, ISO 1200, ISO 1600 dst.. ISO 1600 jauh lebih sensitif dari ISO 100 atau ISO 400.

Catatan penting :

Semakin besar nilai ISO, sensor akan semakin sensitif, termasuk terhadap noise pada hasil foto. pada nilai ISO yang besar, foto yang dihasilkan cenderung mudah terkena noise.

Itulah komponen penting dalam pengaturan eksposure dalam fotografi. Satu hal yang harus ditekankan, bahwa tujuan dalam melakukan seting eksposure adalah mendapatkan tingkatan cahaya yang pas, bukan hanya banyak. Artinya eksposure sebenarnya terkait soal kondisi pemotretan dan selera sang fotografer dalam menilai suatu hasil foto yang diinginkan.

Contoh foto dalam seting eksposure yang berbeda (diambil dengan mode Bracketting Exp Compensation -1,0,+1 stop) :


under exposure



normal exposure

Perfect eksposure sebenarnya merupakan sesuatu yang subjektif, karenanya ekplorasi dan kreatifitas tetap memegang peranan penting dalam fotografi. Ketiga faktor teknis diatas adalah sarananya, yaitu tempat yang kita cari untuk mendapatkan seting pencahayaan yang baik, karena foto yang terlalu gelap atau terlalu terang biasanya tidak disebut foto yang bagus.

Tambahan
http://www.blogger.com/img/blank.gif
Sebenarnya bahasan mengenai eksposure ini melibatkan serangkaian penjelasan detail teknis yang menarik dan memberikan ruang eksplorasi yang luas apabila digali lebih lanjut. Artikel ini hanyalah entrypoint untuk menggalinya lebih dalam lagi. Selamat menggali lebih dalam, semoga bermanfaat

SUMBER

0 komentar:

Posting Komentar