Minggu, 15 Februari 2015

TANDA-TANDA KEKURANGAN OKSIGEN DAN CARA MENGATASINYA

Berada di ketinggian dengan oksigen yang sedikit bisa memicu kondisi hipoksia. Para pendaki gunung harus mengenali tanda-tandanya, serta cara mengatasi jika mengalami kondisi tersebut.
Hipoksia adalah kondisi dimana sintoma kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Ya, bahasa simplenya karena tubuh belum terbiasa dengan kondisi ketinggian dari satu daerah yang memiliki ketinggian berbeda dari tempatnya berasal. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian. Hipoksia merupakan penyakit gunung yang harus di ketahui dan penanganan dini untuk menghindari hal-hal yang lebih fatal.
Dalam hal ini bila sudah beberapa waktu, tubuh akan segera menyesuaikan diri dan kondisi tubuh akan berangsur-angsur normal kembali. Jika melakukan pendakian, kita pasti pernah mengalami hal ini. Kondisi dimana tubuh terasa berat pada ketinggian tertentu.
Penyebab Hipoksia adalah karena kurangnya pasokan oksigen dalam otak karena faktor ketinggian. Karena sistem kesetimbangan yang berperan dalam menjaga fungsi fisiologis tubuh mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungannya.Dan itulah tujuan dari didirikannya pos-pos sepanjang jalur pendakian. Agar tubuh selalu dapat beradaptasi secara terus-menerus terhadap kondisi selama perjalanan. Karena itu,kasus Hipoksia tidak terjadi pada penduduk yang hidup di daerah dataran tinggi.Karena mereka telah terbiasa akan hal tersebut.
Jenis Hipoksia.
- Hipoksia Fulminan yaitu Dimana terjadi pernapasan yang sangat cepat. Paru - paru menghirup udara tanpa adanya udara bersih ( oksigen ). Sering dalam waktu satu menit akan jatuh pingsan.
-Hipoksia Akut yaitu Terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan karbon monoksida. Misalnya, seorang pendaki gunung tiba - tiba panik tatkala udara belerang datang menyergap. Udara bersih tergantikan gas racun, akhirnya paru - paru tak kuasa menyedot udara bersih. Mendadak ia pingsan.
Tanda-tanda hipoksia atau kekurangan oksigen antara lain :
- Pandangan kabur, pernapasan makin cepat atau tersengal-sengal, serta tubuh menjadi lemas.
- Frekuensi pernapasan yang meningkat terjadi karena tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen. Tidak hanya memaksa paru-paru bekerja lebih keras, kondisi ini juga mempengaruhi jantung yang harus bekerja keras memompa oksigen dalam darah yang hanya sedikit itu untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
- Selain dari gejala fisik, kondisi hipoksia juga bisa dikenali dari perubahan perilaku. Dalam kondisi hipoksia, otak juga akan kekurangan oksigen sehingga pola pikir seorang pendaki berubah menjadi kacau dan sulit membuat keputusan yang tepat.
Dalam keadaan hipoksia, yang dominan hanya emosi dan ini sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Makanya para pendaki sering tersesat, salah satunya karena otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup untuk bisa bekerja dengan baik.
Pertolongan pertama ketika menghadapi kondisi ini adalah :
- Dengan memberikan oksigen. Tabung oksigen berukuran kecil yang bisa dibawa ke mana-mana sangat mudah diperoleh di apotek dengan harga terjangkau, sehingga tidak ada salahnya para pendaki melengkapi diri dengan alat ini.
- Semua pakaian harus dilonggarkan agar pernapasan menjadi lebih lancar. Kerah baju harus dibuka, ikat pinggang dilepas dan juga bra pada perempuan mau tidak mau harus dilepas supaya saluran napasnya tidak sesak.
- Namun yang terpenting dari semua itu adalah, sesegera mungkin pendaki yang mengalami hipoksia harus dibawa ke lokasi yang lebih rendah supaya mendapat oksigen lebih banyak dari udara pernapasan. Makin lama berada dalam kondisi hipoksia, makin besar risiko kerusakan organ karena tidak mendapat suplai oksigen.
Daya tahan seseorang saat berada dalam kondisi hipoksia sangat beragam, salah satunya dipengaruhi oleh kadar sel darah merah serta hemoglobin. Orang-orang yang sehari-hari tinggal di gunung secara alamiah lebih tahan terhadap hipoksia karena sel darah merahnya lebih banyak.




TRAMPER
EXPERIENCE WILD IN NATURE
Baca Selanjutnya..

Sabtu, 14 Februari 2015

PANDUAN SHALAT KETIKA MENDAKI GUNUNG DAN TRAVELLING

Bagi seorang muslim, shalat adalah hal yang wajib dilakukan, di manapun berada dan dalam kondisi apapun. Orang yang meninggalkan sholat karena dilalaikan oleh urusan dunia akan celaka nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahnya, dan panjang penyesalannya. 
Ketika melakukan perjalanan seperti mendaki gunung, merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia, apa lagi pada jaman modern ini. Perjalanan selalu membutuhkan tenaga dan menyita waktu kita, entah itu banyak atau sedikit. Meski dengan berkembangnya teknologi transportasi, jarak tempuh perjalanan tidak selalu berbanding lurus dengan waktu yang dibutuhkan, karena ada faktor lain yang sangat menentukan, yaitu alat transportasi yang dipergunakan serta kondisi di perjalanan.
Untuk itu, Islam memberi solusi dengan memberikan aturan-aturan yang sangat mempermudah bagi para musafir atau traveller dalam hal ini pendaki gunung. Sholat yang dilaksanakan dalam perjalanan biasa disebut sholatus safar.
1. Shalat di Kendaraan
Ketika sedang berada di perjalanan, katakanlah menuju lokasi pendakian membutuhkan perjalanan sehari semalam. Otomatis selama perjalanan kita akan melewati beberapa kali waktu shalat. Nah, ada beberapa cara melakukan shalat dalam perjalanan ketika di dalam pesawat/kereta api/bus.
- Tayammum pengganti Wudhu
Media yang dapat digunakan untuk bertayammum adalah seluruh permukaan bumi yang bersih baik itu berupa pasir, bebatuan, tanah yang berair, lembab ataupun kering.
Tata cara tayammum :
– Membaca basmalah (Bismillahirrahmannirrahim)
– Meletakkan kedua telapak tangan kepada benda atau tempat yang berdebu bersih
– Kedua telapak tangan tersebut ditapukkan kemudian diusapkan merata ke muka
– Kedua telapak tangan, tangan kiri mengusap punggung telapak tangan kanan, dan sebaliknya tangan mengusap punggung telapak tangan kiri (ada pendapat sampai kedua sikut)
– Urutan dilakukan dengan tertib
- Shalat menghadap arah duduk
Jika di atas kendaraan mampu shalat sambil menghadap kiblat maka wajib shalat dengan menghadap kiblat, meskipun sambil duduk. Namun jika tidak memungkinkan menghadap kiblat, bisa shalat dengan menghadap sesuai arah kendaraan.
Sebagian pendapat mengatakan, selain melaksanakan shalat ketika di kendaraan/pesawat untuk menghormati waktu shalat, setiba di tujuan wajib mengulangi (mengqadha) shalatnya.
2. Shalat di Gunung
Ketika dalam pendakian, beberapa kondisi akan terjadi pada diri kita. Misalnya udara dingin, mengejar waktu agar tidak kemalaman tiba di camp, dis-orientasi arah dan persediaan air yang terbatas. Untuk menghadapi hal-hal seperti ini, Islam pun memberikan solusi agar tetap bisa menjalankan shalat.
- Dalam berwudhu, anggota badan yang wajib untuk dibasuh adalah wajah, kedua tangan hingga batas siku, mengusap sebagian kepala dan mencuci kaki hingga batas mata kaki. Masing-masing wajib dibasuh/diusap sekali saja. Kalau dua atau tiga kali sifat hanya sunnah. Namun bila kondisinya sangat dingin dan khawatir menyebabkan penyakit, maka boleh melakukan tayammum. Yaitu dengan menyapu wajah dan tangan dengan tanah/debu sebagai ganti dari wudhu.
Berwudhu juga bisa dilakukan ketika masih menggunakan sepatu. Praktek seperti ini memang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW dahulu. Dan menjadi bagian dalam tata aturan berwudhu` terutama bila dalam keadaan udara yang sangat dingin.
Caranya sama dengan wudhu` biasa kecuali hanya pada ketika hendak mencuci kaki, maka tidak perlu mencopot sepatu, tapi cukup membasuh bagian atas sepatu dari bagian depat terus ke belakang sebagai ganti dari cuci kaki. Sepatu tetap dalam keadaan dipakai dan tidak dilepas.
Namun perlu diingat, sepatu yang digunakan haruslah yang menutupi hingga mata kaki dan bukan terbuat dari bahan yang tipis tembus air. Juga tidak boleh ada bagian yang bolong/robek.
3. Shalat menghadap kiblat
Ketika hari masih terang, kita mudah menentukan arah kiblat. Namun akan menjadi kendala ketika malam hari atau ketika kondisi tertutup kabut tebal yang menutup cahaya matahari.
Ada beberapa cara menentukan arah kiblat :
– Cara termudah gunakan kompas/GPS
– Lihat kalau ada kuburan, biasanya kalau Islam kuburannya menghadap barat. Di beberapa gunung di Jawa, di puncak gunung terdapat kuburan. Namun terkadang di kawasan tertentu di Jawa, kuburan ada yang menghadap utara-selatan.
– Perhatikan tumbuhan lumut yang banyak terdapat di gunung. Lumut biasa hidup di daerah yang minim mendapatkan cahaya matahari, oleh karena itu kebanyakan lumut akan hidup di daerah yang menghadap ke arah barat.
– Rasi Bintang Orion (Bintang Waluku/Bajak/Belantik) untuk arah Barat.
Ini adalah rasi paling mudah dikenali. Ciri khasnya adalah tiga buah bintang yang terang, saling berdekatan dan dalam satu garis lurus. Tiga bintang itu disebut sabuk orion. Satu garis yang menghubungkan tiga bintang itu bisa dijadikan petunjuk arah kiblat.
4. Shalat pakai sepatu trekking boleh?
Seorang yang shalat boleh dalam kondisi sedang mengenakan sepatu, maksudnya pakai sepatunya sebelum shalat, bukan saat sedang shalat. Jadi waktu sedang shalat, sepatunya dalam keadaan terpakai.
5. Shalat Jamak dan Qasar
Shalat fardhu boleh dijamak bila anda dalam keadaan safar/melakukan perjalanan. Mendaki gunung termasuk salah satu bentuk perjalanan yang bisa dijadikan dasar dari menjamak shalat. Shalat yang boleh dijama’ adalah shalat zhuhur dengan shalat ashar, dan shalat maghrib dengan shalat isya.
Ada pula yang namanya mengqasar shalat. Cara melaksanakan shalat qasar dengan meringkas jumlah rakaat, misalnya shalat zhuhur, asar dan isya yang tadinya 4 rakaat di qasar/ diringkas menjadi 2 rakaat.
6. Buang Air Besar
Bagi sebagian pendaki, “setor” buang hajat terkadang menjadi kendala ketika naik gunung. Mungkin karena tidak terbiasa, jadi terpaksa mencari lokasi yang sekiranya nyaman untuk buang hajat. Yang menjadi masalah adalah, bagaimana ceboknya dengan kondisi air yang terbatas.
Islam memberikan solusi membersihkan bukan dengan air tapi dengan benda-benda padat lainnya seperti batu, kayu dan lain-lainnya seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang lebih banyak menggunakan batu. Yaitu tiga buah batu yang berbeda yang digunakan untuk membersihkan bekas-bekas yang menempel saat buang air.
Pakai tissue basah boleh? Boleh saja, karena itu akan memudahkan dan bisa membersihkan juga.
7. Mimpi Basah
Jangan senyum-senyum dulu yah smile emoticon Namanya mimpi basah tidak kenal waktu dan tempat serta tidak bisa dicegah. Bisa saja ketika di gunung, rejeki itu datang tiba-tiba. Bagaimana mandi wajibnya?
Dalam kondisi di gunung dengan udara yang sangat dingin sehingga untuk menyentuh air pun akan ‘mati beku’, maka tayammum bisa menjadi solusi. Karena tayammum itu bukan hanya mengangkat hadats kecil saja tetapi juga sekaligus hadats besar. Jadi tidak perlu mandi basah digunung yang nantinya hanya akan membuat sakit.
Prinsipnya selagi manusia mempunyai kesempatan untuk melakukan shalat dan tidak menjadi darurat, selayaknya manusia tidak malu untuk segera melaksanakan shalat baik laki-laki maupun wanita. Karena malu di sini tidak boleh karena demikian itu berkaitan dengan shalat dan dapat dilaksanakan di mana saja, termasuk di gunung.
Sekali lagi, hal tersebut di atas tidak bermaksud selain untuk memudahkan dan tidak menyulitkan manusia untuk tetap shalat. Demikian pula, meski sering jalan-jalan dan naik gunung jangan lupa melaksakan sholat 5 waktu.
“Barangsiapa meninggalkan shalat yang wajib dengan sengaja, maka janji Allah terlepas darinya. ”
-HR. Ahmad.


TRAMPER
EXPERIENCE WILD IN NATURE
Baca Selanjutnya..

Senin, 12 Januari 2015

MENDING MANA KANTONG SAMPAH BESAR ATAU KECIL?


Saat mendaki dalam sebuah kelompok atau tim kita mungkin sering mempersiapkan kantong sampah (trash bag) berukuran besar untuk menampung semua sampah-sampah kelompok saat pendakian. Cara ini mungkin pernah kita jumpai atau bahkan mengalaminya sendiri. Segala sampah-sampah di tim tersebut kemudian dimasukkan kedalam kantong sampah besar tersebut. Entah itu sampah sisa-sisa makanan, bungkus makanan, dll.
Menggunakan satu atau lebih kantong sampah besar untuk menampung semua sampah-sampah sebuah kelompok atau tim dalam pendakian memiliki sisi kelemahan tersendiri, diantaranya:

1) Terkadang kantung sampah besar tersebut menjadi “bulan-bulanan” sampah-sampah pribadi yang semestinya bisa disimpan sendiri oleh setiap individu di dalam tim atau kelompok pendakian tersebut.

2) Terkadang bisa muncul “dilema” baru? “Dilema” apakah itu?
Pernahkah anda saat mendaki gunung berada pada situasi atau kondisi dimana terdapat sejumlah kantong sampah besar yang terisi penuh oleh sampah-sampah dari semua anggota di dalam tim atau kelompok anda sehingga kantong sampah tersebut menjadi berat untuk ditenteng. Saat itu anda dan tim misalnya bersiap menuruni gunung. Lantas muncul sebuah pertanyaan, siapa yang harus menenteng kantong sampah yang besar dan cukup berat tersebut? Anda dan teman-teman andapun kemudian saling lirik satu sama lain seolah-olah penuh tanya siapakah gerangan yang akan sudi menenteng kantong sampah yang berat tersebut untuk dibawa kebawah? Anda dan demikian juga mungkin teman anda mungkin saling berharap cemas di dalam hati semoga ada yang sudi menenteng kantong sampah tersebut. Boooom! Kondisi terpahitpun kemudian terjadi dimana ternyata anggota tim lainnya melenggang dan tidak ada satupun yang sepertinya menunjukkan tanda-tanda mau membawa kantong sampah yang besar dan berat tersebut. Lantas apa yang akan anda lakukan? Meninggalkan kantong-kantong sampah yang besar dan berat tersebut atau anda membawanya? Bayangkan misalnya saat itu ternyata kondisi fisik anda juga sudah sedemikian lelah belum lagi barang-barang bawaan pribadi anda saja sudah sangat berat dan perjalanan di depan masih sangat panjang dan berliku. Sekali lagi, apa yang akan anda lakukan dengan kantong sampah besar tersebut? Disinilah “dilema” tersebut muncul.

Yang namanya mendaki, terkadang fisik dan barang bawaan pribadi yang sudah sedemikian berat bisa saja membuat kita berpikir dua kali membawa trash bag atau kantong sampah besar dan berat milik kelompok turun kebawah. Perasaan seperti ini merupakan sesuatu hal yang manusiawi. Nah, disinilah salah satu kelemahan menggunakan kantong sampah besar untuk menampung semua sampah kelompok atau tim. Katakanlah misalnya ternyata ada salah seorang teman yang akhirnya rela menenteng kantong sampah yang besar dan berat tersebut. Namun pertanyaannya, apakah anda yakin dia tidak terbebani? Mungkin saja yang bersangkutan sebenarnya juga sudah lelah seperti diri anda namun memaksakan dirinya karena kebesaran hatinya atau karena tampaknya anggota lainnya terlihat “enggan” membawa kantong sampah besar dan berat tersebut. Pada saat itu terjadilah “tarik-menarik” tersebut. Kita pasti tidak ingin hal seperti ini terjadi di dalam tim atau kelompok kita saat mendaki gunung.

3) Disamping itu, kelemahan lainnya adalah tidak jarang kantong sampah yang berat dan besar ini akhirnya terpaksa diseret-seret saking beratnya dan tidak jarang pula akhirnya sobek sehingga mengakibatkan beberapa sampah-sampah keluar berceceran ditengah jalan.

Salah satu solusi yang lebih baik dalam menyimpan sampah ini adalah dengan membawa plastik sampah atau kantong plastik yang berukuran lebih kecil. Jadi setiap individu di dalam kelompok atau tim hendaknya mempersiapkan kantong-kantong plastik kecil masing-masing sebelum mendaki. Kantong-kantong plastik berukuran kecil inilah yang digunakan untuk menampung sampah-sampah pribadi masing-masing. Konsep ini menanamkan kesadaran pada setiap individu dalam kelompok untuk bertanggung jawab dan membawa sampah-sampah pribadinya masing-masing dan tidak lagi terlalu mengandalkan kantong sampah besar yang disediakan untuk kelompok. Atau bahkan mungkin kita tidak perlu lagi mempersiapkan kantong sampah berukuran besar untuk kelompok. Hal ini bertujuan agar pekerjaan atau beban kelompok/tim saat pendakian terasa lebih ringan dan tidak ada semacam “konflik ego” seperti penjelasan di poin nomor dua di atas. Kalaupun kantong sampah berukuran besar yang dipersiapkan untuk kelompok tetap diperlukan atau tetap harus ada, setidaknya kantong sampah besar tersebut tidak lagi menjadi “bulan-bulanan” sampah pribadi lagi dan peruntukannya benar-benar lebih terarah. Memang hal ini lagi-lagi kembali kepada kesadaran setiap individu di dalam tim atau kelompok itu lagi. Namun setidaknya untuk menumbuhkan kebiasaan seperti ini, sebelum melakukan pendakian mungkin pimpinan kelompok misalnya bisa mengarahkan dan menekankan kepada setiap anggotanya untuk mempersiapkan kantong-kantong plastik berukuran kecil untuk menampung sampah-sampah pribadi masing-masing.

Disisi lain, sebagai individu, mari sama-sama berusaha semaksimal mungkin mengusahakan agar setiap sampah yang keluar dari tas gunung kita, masuk kembali ke dalam tas gunung kita. Pernahkah anda memperhatikan mungkin ada teman pendakian anda yang memasukkan sampah pribadinya kembali kedalam tas gunungnya tanpa memasukkannya terlebih dahulu kedalam kantong plastik? Padahal tindakan tersebut tentunya akan mengotori tas gunung atau mungkin barang-barang lainnya di dalam tas. Tapi disinilah letak kelebihan teman tersebut. Mungkin dia bisa jadi tidak membawa kantong plastik kecil untuk menaruh sampah pribadi. Namun karena kesadarannya yang sangat tinggi, yang bersangkutan lebih memilih membiarkan tasnya kotor daripada harus menaruh sampah pribadinya di kantong sampah besar yang dipersiapkan untuk menampung sampah-sampah kelompok. Jika kita bisa menyimpan sampah pribadi di tas kita sendiri, mengapa harus membebani kelompok? Begitu kira-kira mungkin prinsipnya. Lebih baik tas gunung kita yang kotor daripada alam yang kotor. Tas gunung kita kotor masih bisa dibersihkan, tapi kalau alam belum tentu. Lebih baik kita yang terbebani oleh sampah kita sendiri daripada teman lain di dalam tim kita yang harus terbebani karena harus membawa kantong sampah yang besar dan berat yang berisikan sampah-sampah dari semua anggota di kelompok tersebut. Setuju tidak? 

Demikian artikel ini semoga bisa berguna buat temen -temen :)


Tramper
Experience Wild In Nature
Baca Selanjutnya..

MENGENALI CUACA DENGAN TANDA-TANDA ALAM


Apa yang ada di pikiran kita ketika melihat awan gelap? Pasti jawabannya sebentar lagi hujan deras , tapi tiba-tiba justru sebaliknya cuaca dengan cepatnya berubah menjadi cerah. Apa yang menyebakan itu semuanya, bagi pakar cuaca sudah biasa dengan keadaan seperti itu, tapi bagi masyarakat awam malah heran dan aneh. Bahkan ketika cuaca cerah keesokan harinya malah hujan lebat terus menerus sehingga mengakibatkan bencana seperti banjir, dll.

Bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan kebakaran hutan terus merajela di permukaan bumi ini termasuk Indonesia. Tidak hanya Indonesia saja tapi bencana melanda juga negara manca negara, sebagian para pakar cuaca mengatakan bahwa bencana ini diakibatkan dari perubahn iklim ada juga yang mengatakan perubahan lingkungan akibat, sebagian lagi mengatakan hanya variabilitas iklim bahkan ada juga mengatakan bencana yang terjadi di suatu negara turut andil untuk memicu bencana di negara lainnya, benarkah demikan ? bencana seperti banjir dan tanah longsor selalu dikaitkan dengan cuaca ekstrim, cuaca ekstrim dikaitkan dengan siklon tropis, siklon tropis dikaiakan dengan El Nino atau La Nina atau Maddem Julian Oscilation atau Dipole Mode dan sebagainya.

Dari rentetan kejadian bencana akibat cuaca ekstrim yang hampir setiap tahun terjadi, memicu para pakar meteorologi berupaya untuk mengemukan hasil analisanya atau bahkan memberikan prediksi cuaca kedepannya. Hasil kajian atau analisanya dan prediksi nya menggunakan prinsip-prinsip fisika dan matematika atau metode-metode ilmiah, itupun tingkat akurasinya belum memuaskan. Kenapa belum memuaskan, karena salah satu penyebannya melupakan skala meteorologi atau skala fenomena cuaca. Skala ini sangat berguna untuk menganalisa cuaca dalam ruang dan waktu, sebab cuaca adalah fungsi ruang dan waktu. Tidak ada salahnya, dalam tulisan ini menjelaskan kembali tentang skala meteorologi, sebagai ilustrasi saja bahwa dalam membuat analisa cuaca, seorang prakirawan wajib memahami tentang skala meteorologi karena hal ini sangat penting, agar hasil analisanya sesuai dengan fenomena cuaca yang terjadi (zakir, 2008). Adapun skala meteorologi yang dikemukan oleh Lembaga Meteorollgi Dunia (WMO, 1980), yaitu :

1. Skala mikro merupakan skala terkecil pada gerak atmosfer yaitu jaraknya kurang dari 1 km.
Contoh :proses di dalam awan, termasuk proses pembentukan partikel es di dalam awan.
2. Skala Meso yaitu skala untuk mempelajari fenomena atmosfer yang memiliki skala jarak horizontal dari batas skala mikro sampai batas skala sinoptik dan skala vertikal yang dimulai dari permukaan bumi sampai batas lapisan atmosfer yaitu jaraknya sampai 20 km.
Contoh :Tornado, puting beliung, angin laut, angin darat
3. Skala Sinoptik umumnya daerah dinamis yang lebih luas yaitu jaraknya sampai 2000 km.
Contoh :Siklon tropis, Intertropical Convergence Zone (ITCZ ).
3. Skala Global mempelajari fenomena cuaca yang berhubungan dengan transport panas mulai dari dari tropis sampai daerah kutup. Jaraknya sampai 5000 km.
Contoh :MJO, Dipole Mode, El Nino/La Nina
Jadi dari pemahaman skala meteorology tersebut, kita tidak gegabah lagi dalam membuat analisa, karena kita harus benar-benar mengetahui apakah kejadian cuaca ekstrim tersebut diakibat dalam skala meso ataukah dalam skala sinoptik, dari situlah kita baru bias menjawab apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin kita lupa dengan keadaan alam yang ramah yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan, namun hewan dan tumbuhan lambat laun akan sirna tergantikan dengan gedung dan aspal. Seharusnya tumbuhan dan hewan tersebut dipertahankan untuk menjaga kesimbangan energy atau ekosistim. Namun sayang sekali keberadaan hewan dan tumbuhan tidak mendapat perhatian penuh bahkan cenderung dirusak dan dipunahkan.

Pada zaman dahulu orang membuat analisa atau membuat prakiraan cuac tidak perlu kaedah-kaedah ilmiah, tapi cukup dengan memperhatikan tanda-tanda alam. Seperti memperhatikan tingkah laku hewan atau memperhatikan sifat tumbuhan, agar kita tidak lupa dengan alam dan tetap diperhatikan, maka sangat perlu dikemukan bahwa keberadaan hewan sangat diperlukan dalam melihat pola cuaca yang akan terjadi, sehingga dengan demikian punya niatan yang kuat untuk mempertahankannya
Penjelasan berikut ini diambil dari http://www.wikihow.com/Predict-the-Weather-Without-a-Foreca…, yang menjelaskan tentang bagaimana membuat prakiraan cuaca dengan memperhatikan tanda-tanda alam dan ditambah pengalaman sebagai Prakirawan. Adapun tanda-tanda alam tersebut antara lain yaitu :

1. Memperhatikan jenis dan pergerkan awan:awan merupakan salah satu unsur cuaca untuk memperkirakan ada atau tidaknya hujan atau fenomena lain:

A. Awan Cumulonimbus.
Jika terlihat awan Cumulonimbus, maka :
a. Awan cumulonimbus tumbuh dipagi hari dan berkembang pada siang hari mempunyai peluang akan terjadi cuaca buruk.
b. Apabila terdapat gerakan awan yang berbeda-beda ( misal lapisan yang satu bergerak ke barat dan lapisan yang lain bergerak ke utara bertanda cuaca buruk akan terjadi

B. Awan Mamatus
Jika melihat awan Mamatus, maka :
a. Awan mamatus terbentuk dari udara yang tertahan pada suatu lapisan.
b. Dapat terbentuk akibat adanya awan yang menimbulkan cuaca buruk dan thunderstorm yang tidak begitu hebat atau type awan yang lain.

C. Awan Cirus
Apabila terdapat awan cirus berbentuk pita panjang, bertanda dalam 36 jam mendatang akan terjadi cuaca buruk.

D. Awan Altocumulus
Awan Altocumulus, yang seperti sisik makarel, juga berarti cuaca buruk dalam 36 jam mendatang.

E. Awan Towering
Apabila terdapat jenis awan towering menandakan akan terjadi hujan keesokan harinya bahkan 3 jam kedapan akan terhjadi hujan lebat tiba-tiba

F. Awan Nombostratus
Jenis awan ini terlihat gelap dan rendah, bergelantungan berat di udara, ini berarti hujan akan cepat turun. Apabila terdapat awan menutupi sebagian langit dimalam hari musim dingin berarti udara terasa panas/lebih hangat, karena awan mencegah radiasi panas yang akan menurunkan suhu pada malam yang cerah.

2. Memperhatikan keadaan rumput.
Jika rumput kering, ini menunjukkan awan atau angin yang kuat, yang dapat berarti hujan. Jika ada embun, mungkin tidak akan hujan hari itu. Namun, jika hujan pada malam hari, metode ini tidak akan dapat diandalkan.

3. Memperhatikan langit berwarna Merah.
Ingat sajak: Langit Merah di malam hari, kegembiraan pelaut, langit merah di pagi hari, pelaut mengambil peringatan . Carilah tanda-tanda merah di langit (bukan matahari merah),
Jika Anda melihat langit merah senja (ketika Anda menghadap ke barat), ada sistem tekanan tinggi dengan udara kering yang mengaduk partikel debu di udara, inilah yang menyebabkan langit terlihat merah. Karena pergerakan front berlaku dan jet stream, ini biasanya fenomena cuaca akan bergerak dari barat ke timur, dan udara kering menuju ke arah Anda.
Langit merah di pagi hari (di Timur, di mana matahari terbit) berarti bahwa udara kering telah pindah melewati Anda, dan setelah itu ada sistem tekanan rendah yang membawa kelembaban menuju kearah anda

4. Memperhatikan Pelangi di barat.
Pelangi di barat berarti kelembaban yang cukup tinggi menandakan hujan dalam perjalanan menuju anda . Di sisi lain, pelangi di timur sekitar matahari terbenam berarti bahwa hujan menjauhi yang berarti diharapkan udara akan cerah. Penting:apabila ada pelangi di pagi hari, maka perlu membuat peringatan dalam 12 jam kedepan.


5. Memperhatikan langit berwarna Merah
Perhatikan kebiasaan angin yang bertiup ditempat anda, Angin timuran berarti angin dari timur yang menyimpang dari kebiasaan ditempat anda berarti akan ada badai angin. Sebaliknya apabila ada angin barat menyimpang dari kebiasaanya berarti cuaca akan bagus. Apabila terjadi angin kencang dari sepanjang hari dan diikuti hari berikutnya berati disekitar wilayah anda terdapat sistim tekanan tinggi

6. Perhatikan pohon yang daunya beguguran tepat dibawah pohonnya, ini berarti ada hembusan angin yang biasa terjadi.
Pernafasan
Ambil napas dalam-dalam, kemudian tutup mata dan hirup bau udara. Tanaman biasanya akan melepaskan limbahnya menandakan ada sistim tekanan rendah, dan menghasilkan bau seperti kompos dan mengindikasikan akan turun hujan diwaktu mendatang.
Sebuah rawa akan menimbulkan gas pada saat sebelum badai datang hal ini ditunjukan bau tak sedap.
Pepatah mengatakan Bunga bau sebelum hujan. Aroma lebih kuat udara lembab, berhubungan dengan cuaca hujan.

7. Kelembapan.
Biasanya kelembapan dapat dilihat pada model rambut (rambut melengkung/mengerucut/). Anda juga dapat melihat daun oak atau pohon maple. Daun ini cenderung melengkung/mengerucut pada kelembaban tinggi, yang cenderung berkembang menjadi hujan lebat. Sisik kerucut pinus tetap tertutup jika kelembaban tinggi, tetapi terbuka pada udara kering. Dalam kondisi lembab, kayu membengkak (apabila membuka pintu akan terasa pintu sulit dibuka/lengket dengan tiang )

8. Hewan.
Hewan lebih peka dibandingkan dengan manusia, dan hewan biasanya akan bereaksi apabila terjadi perubahan tekanan
a. Jika burung terbang tinggi di langit, ada kemungkinan akan cerah. (tekanan udara rendah disebabkan terjadinya badai, sehingga burung merasa tidak nyaman khususnya pada telinganya, dengan demikian burung akan terbang rendah untuk meringankannya Sebagian besar burung bersarang pada saluran listrik dan ini menunjukan tekanan udara turun
b. Burung camar (Seagulls) cenderung berhenti terbang dan berlindung di pantai jika badai akan datang. burung camar menjadi sangat tenang dalam terbangnya sebelum hujan.
c. Sapi biasanya akan berbaring sebelum badai. Mereka juga cenderung untuk tetap dekat bersama-sama jika cuaca buruk akan datang.
d. Semut membangun bukit dengan sangat curam sebelum hujan.
e. Kucing cenderung membersihkan di belakang telinganya sebelum hujan.
f. Kura-kura (Turtles) sering mencari tempat yang lebih tinggi apabila hujan lebat akan turun. Mereka biasanya sering berada di jalan selama periode 1 sampai 2 hari sebelum terjadinya hujan.
g. Jika burung bergerak cepat ini berarti badai hujan akan turun untuk waktu yang lama.

9. Api Unggun
Asap api unggun harus naik terus. Apabila asap berputar-putar dan turun bertanda tekanan rendah, yang berarti hujan akan menuju anda.

10. Bulan
Jika bulan terlihat kemerahan dan terlihat agak buram ini bertanda banyak debu diudara. Sebaliknya apabila bulan terlihat terang, ini menunjukan udara terlihat cerah, biasanya telah terjadi hujan akibat terdapat sistim tekanan rendah. Apabila disekitar bulan terdapat lingkaran cincin dan terdapatr cirostarus ini menandakan dalam 3 hari kedepan akan turun hujan.

11. Ciptakan metoda analisa dan prakiraan cuaca menurut anda sendiri.
Metode ini biasanya pada prakirawan yang selalu memperhatikan tanda-tanda alam disekitarnya. Dengan menggabungkan disiplin ilmunya dengan pengalamannya sebagai prakirawan akan menciptakan metode prakiraan yang berlaku didaerahnya.


Demikian artikel ini semoga dapat berguna buat teman -teman :)

Sumber

Tramper
Experience wild In nature Baca Selanjutnya..