Minggu, 15 Februari 2015

TANDA-TANDA KEKURANGAN OKSIGEN DAN CARA MENGATASINYA

Berada di ketinggian dengan oksigen yang sedikit bisa memicu kondisi hipoksia. Para pendaki gunung harus mengenali tanda-tandanya, serta cara mengatasi jika mengalami kondisi tersebut.
Hipoksia adalah kondisi dimana sintoma kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Ya, bahasa simplenya karena tubuh belum terbiasa dengan kondisi ketinggian dari satu daerah yang memiliki ketinggian berbeda dari tempatnya berasal. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian. Hipoksia merupakan penyakit gunung yang harus di ketahui dan penanganan dini untuk menghindari hal-hal yang lebih fatal.
Dalam hal ini bila sudah beberapa waktu, tubuh akan segera menyesuaikan diri dan kondisi tubuh akan berangsur-angsur normal kembali. Jika melakukan pendakian, kita pasti pernah mengalami hal ini. Kondisi dimana tubuh terasa berat pada ketinggian tertentu.
Penyebab Hipoksia adalah karena kurangnya pasokan oksigen dalam otak karena faktor ketinggian. Karena sistem kesetimbangan yang berperan dalam menjaga fungsi fisiologis tubuh mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungannya.Dan itulah tujuan dari didirikannya pos-pos sepanjang jalur pendakian. Agar tubuh selalu dapat beradaptasi secara terus-menerus terhadap kondisi selama perjalanan. Karena itu,kasus Hipoksia tidak terjadi pada penduduk yang hidup di daerah dataran tinggi.Karena mereka telah terbiasa akan hal tersebut.
Jenis Hipoksia.
- Hipoksia Fulminan yaitu Dimana terjadi pernapasan yang sangat cepat. Paru - paru menghirup udara tanpa adanya udara bersih ( oksigen ). Sering dalam waktu satu menit akan jatuh pingsan.
-Hipoksia Akut yaitu Terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan karbon monoksida. Misalnya, seorang pendaki gunung tiba - tiba panik tatkala udara belerang datang menyergap. Udara bersih tergantikan gas racun, akhirnya paru - paru tak kuasa menyedot udara bersih. Mendadak ia pingsan.
Tanda-tanda hipoksia atau kekurangan oksigen antara lain :
- Pandangan kabur, pernapasan makin cepat atau tersengal-sengal, serta tubuh menjadi lemas.
- Frekuensi pernapasan yang meningkat terjadi karena tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen. Tidak hanya memaksa paru-paru bekerja lebih keras, kondisi ini juga mempengaruhi jantung yang harus bekerja keras memompa oksigen dalam darah yang hanya sedikit itu untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
- Selain dari gejala fisik, kondisi hipoksia juga bisa dikenali dari perubahan perilaku. Dalam kondisi hipoksia, otak juga akan kekurangan oksigen sehingga pola pikir seorang pendaki berubah menjadi kacau dan sulit membuat keputusan yang tepat.
Dalam keadaan hipoksia, yang dominan hanya emosi dan ini sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Makanya para pendaki sering tersesat, salah satunya karena otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup untuk bisa bekerja dengan baik.
Pertolongan pertama ketika menghadapi kondisi ini adalah :
- Dengan memberikan oksigen. Tabung oksigen berukuran kecil yang bisa dibawa ke mana-mana sangat mudah diperoleh di apotek dengan harga terjangkau, sehingga tidak ada salahnya para pendaki melengkapi diri dengan alat ini.
- Semua pakaian harus dilonggarkan agar pernapasan menjadi lebih lancar. Kerah baju harus dibuka, ikat pinggang dilepas dan juga bra pada perempuan mau tidak mau harus dilepas supaya saluran napasnya tidak sesak.
- Namun yang terpenting dari semua itu adalah, sesegera mungkin pendaki yang mengalami hipoksia harus dibawa ke lokasi yang lebih rendah supaya mendapat oksigen lebih banyak dari udara pernapasan. Makin lama berada dalam kondisi hipoksia, makin besar risiko kerusakan organ karena tidak mendapat suplai oksigen.
Daya tahan seseorang saat berada dalam kondisi hipoksia sangat beragam, salah satunya dipengaruhi oleh kadar sel darah merah serta hemoglobin. Orang-orang yang sehari-hari tinggal di gunung secara alamiah lebih tahan terhadap hipoksia karena sel darah merahnya lebih banyak.




TRAMPER
EXPERIENCE WILD IN NATURE

0 komentar:

Posting Komentar