Sabtu, 05 Oktober 2013
APA MANFAATNYA MENGAJAK ANAK BERPETUALANG DI ALAM BEBAS???
Mengajak anak-anak kita berwisata di alam bebas bisa menjadi alternatif mengisi liburan yang menyenangkan sekaligus bernilai positif dan memberikan pengalaman baru bagi putra-putri kita. Mengajak mereka pergi ke gunung, menjelajah hutan/ cagar alam, bermain di pantai, snorkeling di laut, berenang di danau atau pun berarung jeram (rafting) di sungai bukanlah kegiatan yang berbahaya jika kita lakukan dengan benar dan dengan persiapan yang baik. Dilakukan dengan benar, artinya kita tetap mematuhi ‘rambu-rambu’ yang ada, atau sesuai dengan “SOP” ( Standard Operating Procedure ). Rambu-rambu ini bisa kita ketahui dengan berkonsultasi kepada penyelenggara tour, pemandu wisata, ataupun melalui Pusat Informasi Wisata dari tempat yang kita kunjungi.
Dari mereka kita bisa mengetahui do and don’t nya. Membawa anak-anak melakukan kegiatan di alam bebas dan menikmati petualangannya akan meningkatkan kemampuan mereka dalam hal kemandirian, survival, adaptasi, dan berempati terhadap lingkungan sekitar. Nilai-nilai edukasi juga bisa langsung kita aplikasikan dengan mengajak mereka berdiskusi tentang apa yang dilihatnya saat itu. Banyak manfaat dan ilmu pengetahuan yang bisa kita pelajari dari alam sekitar. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan alam bebas Berbagai manfaat positif bisa kita dapatkan jika kita mengajak anak kita untuk beraktifitas di alam bebas. Selama memperhatikan dan mengikuti peraturan yang ada, kegiatan alam bebas akan menjadi kegiatan positif yang aman, menyenangkan dan memberikan banyak manfaat, antara lain: 1. Menambah pengetahuan & pemahaman anak tentang alam. Beragam flora dan fauna yang belum pernah dilihat sebelumnya tentu saja akan menambah wawasan mereka. 2. Merangsang anak menjadi lebih responsif terhadap lingkungan sekitar sehingga anak lebih berempati. 3. Melatih kecerdasan motorik. Saat melakukan berbagai aktifitas outdoor, otomatis seluruh bagian tubuh akan bergerak. 4. Meningkatkan kebersamaan dan kekompakan. Pada umumnya dalam kegiatan outdoor/ alam bebas orangtua akan melibatkan diri terhadap aktifitas anak. Disinilah seluruh keluarga yang mengikuti kegiatan akan menemukan quality time. 5. Memacu semangat dan kreatifitas. 6. Berani mencoba hal baru, secara psikologis akan menambah rasa percaya diri anak 7. Belajar untuk survive (bertahan hidup). Pengalaman baru akan membuat anak beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam kondisi tertentu, anak akan dihadapkan pada kenyataan untuk survive. 8. Memperkenalkan dan Menumbuh kembangkan kecintaan dan kepedulian anak terhadap alam dan lingkungan hidup dengan cara/ metoda yang sederhana disesuaikan dengan tingkat usia anak. Dengan pendekatan dan menggunakan bahasa anak akan jauh lebih effektif. 9. Proses awal Pembentukan dan Pembinaan mental-karakter anak serta yang terpenting adalah mendidik anak-anak kita agar senantiasa bersyukur dengan segala anugrah yang telah Tuhan berikan melalui keindahan alam ciptaan Nya.
Lantas bagaimana jika kita ingin mengajak anak berlibur dengan kegiatan alam? Hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan agar si anak benar-benar menikmati kegiatannya dengan senang dan aman? Kegiatan alam bebas yang bisa kita pilih bersama anak antara lain: • Ke pantai. Anak-anak dan orang tua bisa melakukan kegiatan seperti : berenang, snorkeling, kemping, main pasir dan memancing • Ke (mendaki) gunung atau bukit. Jika berpikir lelah untuk mencapai puncak gunung ( bukit) , kita sekeluarga bisa berkemah di kaki gunung ( bukit ), atau trekking / hill-walking di pagi hari sambil mencium segarnya udara pegunungan sekaligus menikmati pesonanya pemandangan sekitar gunung • Ke sungai/danau. Uji adrenalin dan membebaskan suara kita sekeluarga berteriak lepas saat kita menikmati jeram sungai ketika kita sedang ber arung jeram (rafting). Kita benar-akan akan dihadapkan pada situasi untuk tetap kompak dengan keluarga agar perahu tidak oleng. Jika masih ragu dengan arung jeram, kita masih tetap bisa bermain air ataupun memancing. • Outbond. Melatih keberanian dan rasa percaya diri anak. Kini banyak operator outbond yang mempunyai wahana dari yang sederhana hingga ekstrem.
SELAMAT BERPETUALANG
Sumber Baca Selanjutnya..
Dari mereka kita bisa mengetahui do and don’t nya. Membawa anak-anak melakukan kegiatan di alam bebas dan menikmati petualangannya akan meningkatkan kemampuan mereka dalam hal kemandirian, survival, adaptasi, dan berempati terhadap lingkungan sekitar. Nilai-nilai edukasi juga bisa langsung kita aplikasikan dengan mengajak mereka berdiskusi tentang apa yang dilihatnya saat itu. Banyak manfaat dan ilmu pengetahuan yang bisa kita pelajari dari alam sekitar. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan alam bebas Berbagai manfaat positif bisa kita dapatkan jika kita mengajak anak kita untuk beraktifitas di alam bebas. Selama memperhatikan dan mengikuti peraturan yang ada, kegiatan alam bebas akan menjadi kegiatan positif yang aman, menyenangkan dan memberikan banyak manfaat, antara lain: 1. Menambah pengetahuan & pemahaman anak tentang alam. Beragam flora dan fauna yang belum pernah dilihat sebelumnya tentu saja akan menambah wawasan mereka. 2. Merangsang anak menjadi lebih responsif terhadap lingkungan sekitar sehingga anak lebih berempati. 3. Melatih kecerdasan motorik. Saat melakukan berbagai aktifitas outdoor, otomatis seluruh bagian tubuh akan bergerak. 4. Meningkatkan kebersamaan dan kekompakan. Pada umumnya dalam kegiatan outdoor/ alam bebas orangtua akan melibatkan diri terhadap aktifitas anak. Disinilah seluruh keluarga yang mengikuti kegiatan akan menemukan quality time. 5. Memacu semangat dan kreatifitas. 6. Berani mencoba hal baru, secara psikologis akan menambah rasa percaya diri anak 7. Belajar untuk survive (bertahan hidup). Pengalaman baru akan membuat anak beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam kondisi tertentu, anak akan dihadapkan pada kenyataan untuk survive. 8. Memperkenalkan dan Menumbuh kembangkan kecintaan dan kepedulian anak terhadap alam dan lingkungan hidup dengan cara/ metoda yang sederhana disesuaikan dengan tingkat usia anak. Dengan pendekatan dan menggunakan bahasa anak akan jauh lebih effektif. 9. Proses awal Pembentukan dan Pembinaan mental-karakter anak serta yang terpenting adalah mendidik anak-anak kita agar senantiasa bersyukur dengan segala anugrah yang telah Tuhan berikan melalui keindahan alam ciptaan Nya.
Lantas bagaimana jika kita ingin mengajak anak berlibur dengan kegiatan alam? Hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan agar si anak benar-benar menikmati kegiatannya dengan senang dan aman? Kegiatan alam bebas yang bisa kita pilih bersama anak antara lain: • Ke pantai. Anak-anak dan orang tua bisa melakukan kegiatan seperti : berenang, snorkeling, kemping, main pasir dan memancing • Ke (mendaki) gunung atau bukit. Jika berpikir lelah untuk mencapai puncak gunung ( bukit) , kita sekeluarga bisa berkemah di kaki gunung ( bukit ), atau trekking / hill-walking di pagi hari sambil mencium segarnya udara pegunungan sekaligus menikmati pesonanya pemandangan sekitar gunung • Ke sungai/danau. Uji adrenalin dan membebaskan suara kita sekeluarga berteriak lepas saat kita menikmati jeram sungai ketika kita sedang ber arung jeram (rafting). Kita benar-akan akan dihadapkan pada situasi untuk tetap kompak dengan keluarga agar perahu tidak oleng. Jika masih ragu dengan arung jeram, kita masih tetap bisa bermain air ataupun memancing. • Outbond. Melatih keberanian dan rasa percaya diri anak. Kini banyak operator outbond yang mempunyai wahana dari yang sederhana hingga ekstrem.
SELAMAT BERPETUALANG
Sumber Baca Selanjutnya..
Label:
Artikel gunung
Sang Penakluk dan Sang Pecinta (mengenang anggota mapala Unand)
Ide untuk menaklukan alam merupakan obyek pemikiran manusia yang abadi. Manusia seakan tak rela ada kekuatan besar yang membuat ego mereka seperti tak berdaya. Maka berangkatlah para pionir dengan gagah berani untuk menaklukan final frontier dimanapun di segala penjuru bumi. Alam yang ganas harus dapat ditaklukan untuk kemaslahatan umat manusia. Seakan bumi yang lapang terlalu sesak bagi dua kekuatan besar alam dan manusia untuk saling berbagi. Seakan hanya boleh ada satu kekuatan saja yang dapat menguasai bumi, yaitu manusia.
Namun para petualang dan pionir yang pergi menjelajah bukannya tak menyadari kepongahan awal mereka. Para pemberani itu segera mendapatkan hikmah dari penjelajahannya bahwa alam tak dapat dilawan bahkan ditaklukan, manusia hanya bisa berdamai dengan kekuatannya. Yang perlu ditaklukan adalah ego yang menguasai diri manusia itu sendiri, dan alam adalah guru yang baik untuk mengajarkan hal itu. Sir Edmund Hillary – pendaki pertama yang mencapai Everest - menyadari betul hal itu ketika berkata ,” It is not the mountain we conquer, but ourselves...”.
PARA PENAKLUK
Kutub Utara berhasil ditaklukan oleh Robert Peary pada tahun 1909 dan kemudian pada tahun 1911 Kutub Selatan menyusul berhasil ditaklukan oleh Amundsen. Ketika itu, Everest kerap dijuluki sebagai Kutub Ketiga yang merupakan kontur bumi paling menarik untuk dijelajahi. Setiap pendaki profesional mendambakan suatu saat dapat menaklukan puncak tertinggi di dunia itu.
Kemudian setelah Hillary dan Tenzing berhasil menjejakkan kaki mereka di puncak Everest, semua bertanya-tanya penjelajahan ekstrim apa lagi yang dapat dilakukan oleh seorang manusia. Dick Bass dan Pat Morrow memunculkan wacana Seven Summits yang bertujuan mengoleksi tujuh puncak tertinggi di tiap benua. Adapula ide untuk mendaki keseluruh 14 “puncak kematian” di gunung-gunung berketinggian diatas 8000 meter di Pegunungan Himalaya.
Tercatat hanya lima orang pendaki di dunia yang berhasil mengoleksi keseluruh 14 puncak yang merupakan piala paling didamba para pendaki elite itu. Reinhold Messner, pendaki pertama yang berhasil memuncaki keempatbelas gunung kematian itu, menyebutkan bahwa tantangan sesungguhnya pada pendakian puncak 8000 meter adalah pendakian yang dilakukan tanpa alat bantu oksigen. Itulah batas ketahanan maksimal seorang pendaki. Entah ide “gila” apa lagi yang akan muncul kemudian untuk menjajal keperkasaan alam.
Menaklukan alam seperti mendaki puncak-puncak gunung merupakan ide yang menggoda para petualang. Namun jauh hari setelah melewati berbagai petualangan barulah mereka menyadari bahwa manfaat sebenarnya dari perjalanannya itu bukanlah masalah menaklukan alam, karena kekuatan alam terlampau besar untuk dilawan. Menaklukan diri sendiri merupakan pencapaian tertinggi dari perjalanan itu, dan Sang Alam lah guru yang mampu memberi petunjuknya.
MENCIANTAI ALAM
Banyak pendaki yang pergi untuk menaklukkan puncak gunung hanya untuk suatu saat kembali padanya. Apakah anda hanya mendaki gunung Gede atau berarung jeram di sungai Cimanuk hanya sekali saja seumur hidup? Tidak, ada hasrat yang mendorong petualang kembali kesana. Mungkin ketika pertama kali melakukannya kita merasa tertantang untuk menaklukan puncak gunung setinggi 2.958 m atau jeram dengan grade 3-4 itu demi memuaskan ego. Namun ketika mendatangi untuk kesekian kalinya, baru kita tersadar bahwa rasa cintalah yang membawa kembali kesana. Dan ketika rasa cinta telah menjalari, tak sebersitpun terpikir untuk menaklukan. Hanya ada kerinduan yang sangat dan kegelisahan yang menyiksa untuk dapat bersua.
Para petualang menyadari hal itu sehingga tak pernah mengharapkan balasan apapun dari sang alam selain dapat sekedar kembali bercengkerama dengannya. Saya yakin bahwa ketulusan untuk mencinta tak pernah sia-sia. Maka ketika kita menjelajahi alam dengan rasa cinta alam yang sesungguhnya, alam pun membalas sepenuhnya.
Sang alam berbinar-binar ketika petualang melewati berbagai tempaan berat hanya untuk mendatanginya kembali. Siapakah yang tak bahagia didatangi oleh kekasihnya? Terkadang sang alam memang menghadirkan badai dahsyat dan bencana, bukan untuk mencelakakan namun hanya untuk memberikan kekuatan lebih pada petualang. Bukankah dengan demikian mereka akan menjadi lebih tabah, arif dan matang.
Cinta yang agung
Maka ketika ada insan petualang yang roboh di gunung tinggi atau tewas ditelan jeram, tak hanya sesama manusia yang meratapi kehilangannya namun sang alam pun menangis sendu. Sosok jenazah itu ia peluk dengan doa-doa dan keharuan yang mendalam sebelum sesama manusia menjemputnya untuk ditempatkan di peristirahatan yang terakhir. Hingga kini pun masih banyak sosok insan petualang yang gugur tak diketahui rimbanya. Barangkali sang alam masih teramat mencintai mereka dengan alasan yang tak dapat kita pahami.
Ada aura percintaan misterius yang terjalin antara sang petualang dan alam yang didatanginya. Mereka yang pergi melakukan petualangan seperti mendaki gunung atau mengarungi jeram berpikir telah melakukannya dengan cinta. Barangkali mereka tak pernah tahu bahwa sang alam menyayangi mereka dengan berlipat-lipat. Cintanya yang besar kepada manusia tak akan pernah habis. Ia bahkan selalu melindungi mereka dari kekuatannya sendiri yang maha penghancur.
Dan bila Tuhan memerintahkannya mengambil nyawa mereka, sang alam pun dengan bersujud membelai mereka sebelum menyerahkan nyawa para manusia terpilih itu pada Sang Pencipta. Sang alam melakukannya dengan tersenyum, karena saat itu ada cinta lebih besar yang datang bagi manusia. Ia tahu Tuhan memerintahkannya mengambil hidup manusia karena suatu kecintaan yang lebih agung dan tak tertakar. Lebih dari semua cinta yang dapat ia beri kepada manusia.
Sumber
Baca Selanjutnya..
Namun para petualang dan pionir yang pergi menjelajah bukannya tak menyadari kepongahan awal mereka. Para pemberani itu segera mendapatkan hikmah dari penjelajahannya bahwa alam tak dapat dilawan bahkan ditaklukan, manusia hanya bisa berdamai dengan kekuatannya. Yang perlu ditaklukan adalah ego yang menguasai diri manusia itu sendiri, dan alam adalah guru yang baik untuk mengajarkan hal itu. Sir Edmund Hillary – pendaki pertama yang mencapai Everest - menyadari betul hal itu ketika berkata ,” It is not the mountain we conquer, but ourselves...”.
PARA PENAKLUK
Kutub Utara berhasil ditaklukan oleh Robert Peary pada tahun 1909 dan kemudian pada tahun 1911 Kutub Selatan menyusul berhasil ditaklukan oleh Amundsen. Ketika itu, Everest kerap dijuluki sebagai Kutub Ketiga yang merupakan kontur bumi paling menarik untuk dijelajahi. Setiap pendaki profesional mendambakan suatu saat dapat menaklukan puncak tertinggi di dunia itu.
Kemudian setelah Hillary dan Tenzing berhasil menjejakkan kaki mereka di puncak Everest, semua bertanya-tanya penjelajahan ekstrim apa lagi yang dapat dilakukan oleh seorang manusia. Dick Bass dan Pat Morrow memunculkan wacana Seven Summits yang bertujuan mengoleksi tujuh puncak tertinggi di tiap benua. Adapula ide untuk mendaki keseluruh 14 “puncak kematian” di gunung-gunung berketinggian diatas 8000 meter di Pegunungan Himalaya.
Tercatat hanya lima orang pendaki di dunia yang berhasil mengoleksi keseluruh 14 puncak yang merupakan piala paling didamba para pendaki elite itu. Reinhold Messner, pendaki pertama yang berhasil memuncaki keempatbelas gunung kematian itu, menyebutkan bahwa tantangan sesungguhnya pada pendakian puncak 8000 meter adalah pendakian yang dilakukan tanpa alat bantu oksigen. Itulah batas ketahanan maksimal seorang pendaki. Entah ide “gila” apa lagi yang akan muncul kemudian untuk menjajal keperkasaan alam.
Menaklukan alam seperti mendaki puncak-puncak gunung merupakan ide yang menggoda para petualang. Namun jauh hari setelah melewati berbagai petualangan barulah mereka menyadari bahwa manfaat sebenarnya dari perjalanannya itu bukanlah masalah menaklukan alam, karena kekuatan alam terlampau besar untuk dilawan. Menaklukan diri sendiri merupakan pencapaian tertinggi dari perjalanan itu, dan Sang Alam lah guru yang mampu memberi petunjuknya.
MENCIANTAI ALAM
Banyak pendaki yang pergi untuk menaklukkan puncak gunung hanya untuk suatu saat kembali padanya. Apakah anda hanya mendaki gunung Gede atau berarung jeram di sungai Cimanuk hanya sekali saja seumur hidup? Tidak, ada hasrat yang mendorong petualang kembali kesana. Mungkin ketika pertama kali melakukannya kita merasa tertantang untuk menaklukan puncak gunung setinggi 2.958 m atau jeram dengan grade 3-4 itu demi memuaskan ego. Namun ketika mendatangi untuk kesekian kalinya, baru kita tersadar bahwa rasa cintalah yang membawa kembali kesana. Dan ketika rasa cinta telah menjalari, tak sebersitpun terpikir untuk menaklukan. Hanya ada kerinduan yang sangat dan kegelisahan yang menyiksa untuk dapat bersua.
Para petualang menyadari hal itu sehingga tak pernah mengharapkan balasan apapun dari sang alam selain dapat sekedar kembali bercengkerama dengannya. Saya yakin bahwa ketulusan untuk mencinta tak pernah sia-sia. Maka ketika kita menjelajahi alam dengan rasa cinta alam yang sesungguhnya, alam pun membalas sepenuhnya.
Sang alam berbinar-binar ketika petualang melewati berbagai tempaan berat hanya untuk mendatanginya kembali. Siapakah yang tak bahagia didatangi oleh kekasihnya? Terkadang sang alam memang menghadirkan badai dahsyat dan bencana, bukan untuk mencelakakan namun hanya untuk memberikan kekuatan lebih pada petualang. Bukankah dengan demikian mereka akan menjadi lebih tabah, arif dan matang.
Cinta yang agung
Maka ketika ada insan petualang yang roboh di gunung tinggi atau tewas ditelan jeram, tak hanya sesama manusia yang meratapi kehilangannya namun sang alam pun menangis sendu. Sosok jenazah itu ia peluk dengan doa-doa dan keharuan yang mendalam sebelum sesama manusia menjemputnya untuk ditempatkan di peristirahatan yang terakhir. Hingga kini pun masih banyak sosok insan petualang yang gugur tak diketahui rimbanya. Barangkali sang alam masih teramat mencintai mereka dengan alasan yang tak dapat kita pahami.
Ada aura percintaan misterius yang terjalin antara sang petualang dan alam yang didatanginya. Mereka yang pergi melakukan petualangan seperti mendaki gunung atau mengarungi jeram berpikir telah melakukannya dengan cinta. Barangkali mereka tak pernah tahu bahwa sang alam menyayangi mereka dengan berlipat-lipat. Cintanya yang besar kepada manusia tak akan pernah habis. Ia bahkan selalu melindungi mereka dari kekuatannya sendiri yang maha penghancur.
Dan bila Tuhan memerintahkannya mengambil nyawa mereka, sang alam pun dengan bersujud membelai mereka sebelum menyerahkan nyawa para manusia terpilih itu pada Sang Pencipta. Sang alam melakukannya dengan tersenyum, karena saat itu ada cinta lebih besar yang datang bagi manusia. Ia tahu Tuhan memerintahkannya mengambil hidup manusia karena suatu kecintaan yang lebih agung dan tak tertakar. Lebih dari semua cinta yang dapat ia beri kepada manusia.
Sumber
Baca Selanjutnya..
Label:
Artikel gunung
Langganan:
Postingan (Atom)