Jumat, 24 September 2010

SEMANGAT vs FISIK LEMAH

By : Tramper_



Ketika kita berbicara masalah mendaki gunung maka yang terbesit dipikiran kita ialah sebuah kegiatan yang super extrim dengan medan yang terjal, hutan yang lebat, binatang buas, mahkluk halus, bahkan tak jarang pula banyak yang berfikir mendaki = Kematian, semua itu memang benar ketika seorang pendaki memasuki kawasan gunung maka ia akan dihadapkan pada rintangan tersebut, dimana semua mengandung resiko yang taruhannya nyawa, jika kita berbicara secara teknis semua itu bisa kita hindari dengan mempelajari ilmu MP( management pendakian), cara bertahan hidup ( Survival), dan navigasi, tetapi jangan lupa juga kita berhadapan dengan alam yang kita tidak tahu apa yang akan terjadi beberapa saat kedepan, kematian selalu mengelilingi kita, maka dari itu ketika pendaki akan melakukan sebuah pendakian pasrahkanlah diri ini kepada sang maha kuasa ALLAH SWT, serta niatkanlah maksud pendakian kita bukan sekedar bersenang senang belaka, melainkan sebuah ibadah yang menggambarkan rasa kangen yang luar biasa dari seorang hamba rendah serta hina yang ingin lebih dekat kepada sang penciptaNya atau lebih dekenal dengan Tafakur Alam, mungkin caranya memang sedikt berbeda dan extrim karena kita harus menyusuri belantara hutan rimba yang lebat, lembah-lembah yang suram, serta binatang2 buas yang dapat mengancam nyawa kita, kehujanan, hiportemian( kehilangan panas tubuh), dehidrasi, tersesat, dan semua itu dilakukan dengan melangkahkan kaki setapak demi setapak dengan beban cariel( tas berkapasitas diatas 50L) dipunggung menuju ketinggian diatas 2000 mdpl dan suhu dibawah 100c dimana disitu pendaki akan mendapat balasan dari sang Pencipta ALLAH SWT yaitu sebuah pemandangan alam yang dapat membuat hati ini bergetar, membuat seluruh tubuh merinding bahkan dapat menitihkan air mata karena keindahan serta kebesaranNya dan juga sebuah kebanggan tersendiri karena telah melalui rintangan yang begitu sulit dan mungkin membuat kita patah semangat.
Sehinggah semua rasa putus asa, lelah, terbayar sudah dan terganti dengan ketakjuban serta kesadaran bahwa kita sebagai manusia kita ini kecil bahkan sangat kecil tidak ada apa-apanya dimata ALLAH SWT jadi tidak ada yang dapat disombongkan dari kita, tetapi sebaliknya jika kita mendaki gunung niatnya bukan ibadah melainkan macam2 maka celakalah atau ga akan mendapat perasaan berlawanan dari yang mandaki dengan niat ibadah.

Berbicara mengenai kegiatan mendaki gunung maka pendaki harus memiliki bekal selain ilmu yaitu fisik serta mental yang siap dan kuat, tanpa itu semua kegiatan mendaki tidak dapat dilakukan. Melihat kondisi medan serta alam gunung mengharuskan pendaki untuk memiliki fisik dan mental yang kuat karena akan benar-benar diuji nantinya oleh alam.

Tak semua pendaki memiliki tuntutan yang harus dimiliki seorang pendaki, contahnya saya ini mungkin saya memiliki sedikit ilmu yang bisa saya pergunakan untuk dapat hidup dialam, memiliki mental yang cukup kuat, utnuk menghadapi apa yang telah menunggu diatas sana tapi saya tidak memiliki fisik yang kuat selayaknya pendaki pada umumnya. Dengan beberapa penyakit yang ada didalam tubuh ini, saya tetap melakukan pendakian dan mencoba untuk melalui apa yang dihadapi pendaki pada umunya ketika mereka mendaki sebuah gunung.
Tak masalah saya tidak mempunyai fisik yang kuat walaupun sebenarnya amat sangat bermasalah mungkin kalau pendaki yang professional mendengar ini mereka akan berkata
“ sangat bodoh, ceroboh dan nekat sekali”, tapi itu tak mempengaruhi saya sama sekali, karena saya mempunyai pengganti untuk menutupi fisik saya yang lemah ini, yaitu sebuah keyakinan akan kuasa ALLAH SWT dan semangat membara yang luar bisa agar bisa menikmati alam ciptaan ALLAH SWT yang begitu luar biasa pada ketinggian diatas 2000mdpl dan suhu dibawah 100c.dari awal saya meniatkan melakukan pendakian semata-mata karena ibadah dan ketika kaki mulai melangkah masuk ke dalam lebatnya hutan rimba maka diri ini telah saya serahkan seutuhnya kepada sang pencipta untuk selebihnya apa yang akan terjadi baik maupun buruknya itu semua saya pasrah, tinggal sayanya saja yang harus berusaha untuk menjaga ibadah ini dengan cara perlakukan alam dengan sopan, dan hormati apa yang telah ada didalamnya usahakan untuk tidak mengusik para mahkluk yang ada digunung tersebut baik itu nyata maupun tak nyata karena itu rumah mereka, dan kita para pendaki hanya sekedar numpang lewat atau bermalam, insyaallah dengan itu kita selamat sampai tujuan dan dimudahkan dalam melakukan pendakian, kalau pun kita tak selamat keluar dari gunung setidaknya kita dalam keadaan ibadah.

Terkadang kekurangan fisik lemah ini membuat saya jadi sungkan melakukan pendakian bersama orang yang mempunyai fisik kuat karena saya akan menjadi beban dan memperlambat pendakian mereka, nafas saya lebih pendekdan tersengal sengal, fisik cepat lelah serta lemas dibandingkan dengan pendaki yang normal fisiknya. Disetiap pendakian saya selalu berfikir apakah saya akan kembali dalam keadaan sehat dan selamat mengingat kondisi fisik saya seperti ini, tapi semua itu hilang begitu saja terhapuskan oleh kekompakan, canda tawa dari sahabat, belaian angin, tebalnya kabut, seruan binatang, dan keasrian hutan bahkan jika beruntung saat cerah dimalam hari kita dapat menyaksikan bulan dengan ukuran 2-3 kali lipat lebih besar dari biasanya serta aliran bintang di langit yang menyerupai sungai yang mengelilingi saya.



Maka dari itu mengapa saya tetep kekeh melakukan pendakian dengan kondisi fisk yang lemah dan tak dapat diandalkan bukan karena nekat tapi karena cinta saya terhadap sang pencipta, dengan itu keyakinan, kcintaan kepada sang pencipta dan semangat fisik sayang yang lemah ini dapat berubah menjadi fisik yang kuat bahkan lebih kuat dari fisik pendaki umumnya.

Jadi tak masalahkan mendaki dengan fisik yang lemah, tentunya harus dibekali dengan ilmu dan doa agar dapat selamat sampai pada yang kita tuju. Nah buat pendaki yang memiliki fisik lemah tak usah minder, asal punya ilmu semangat dan keyakinan terhadap ALLAH SWT semua akan baik-baik saja.

Terima kasih atas waktunya karena telah menyempatkan untuk liat-liat bahkan membaca.

23 September 2010
Baca Selanjutnya..